Pacaran Beda Agama (semoga membantu)
Saya akan sedikit berbagi kisah seputar pacaran
beda agama yang saya alami. Saya adalah seorang nasrani dan kekasih saya adalah
seorang muslim. Keluarga besar saya adalah seorang yang berpanutan dengan agama
karena ada beberapa saudara saya yang menjadi majelis gereja. Meskipun
dikeluarga saya ada yang menikah beda agama dan langgeng sampai pada titik
kematian, tapi saya merasa tidak beruntung mendapatkan peluang tersebut karena
orang tua saya menikah beda agama dan bercerai (meskipun perceraian tersebut
bukan karena masalah agama). Sedangkan keluarga pacar saya juga tergolong
keluarga yang imannya kuat. Kakek pacar saya adalah seorang haji, dan dia dari
kecil dirawat oleh kedua kakek neneknya. Dari sini kalian sudah bisa
membayangkan betapa susahnya menyatukan kisah kami. Untuk lebih lanjut mungkin
kalian bisa membaca kisah saya.
Kisah saya dimulai ketika saya merantau ke kota
besar, Jakarta. Dikota tersebut saya bekerja di salah satu rumah sakit Yayasan
Katholik yang cukup besar, tentu kalian berpikir pasti mudah mendapatkan pacar
seiman di lingkungan yang mendukung. Benar saya mempunyai pacar disitu namun
tidak bertahan lama. Kemudian disuatu kesempatan saya melanjutkan sekolah saya
disalah satu universitas swasta di Jakarta.
Di universitas tersebut saya bertemu dengan laki-laki
teman satu kelas saya, dia tidak tampan dan tidak kaya. Tapi entah mengapa hati
saya seakan merasa klik dengannya meskipun waktu pendekatan kami tidak terlalu
lama. Bahkan dibilang cinta belum tentu ada, karena mungkin saat itu hati saya
sedang kosong jadi mudah saja bagi saya menerima orang lain yang akan masuk
dalam hidup saya. Namun entah kenapa sampai pada akhirnya kami memutuskan untuk
berpacaran.
Hari demi hari berganti, tanpa terasa waktu
cepat berlalu. Usia pacaran kami menginjak umur 8 bulan tepat dibulan Ramadhan.
Disaat itu tepat selesai UTS, tiba-tiba dia mengambil keputusan yang sangat
mengejutkan yaitu untuk meninggalkan saya dengan alasan neneknya mendiamkannya
berhari-hari karena mengetahui kami pacaran berbeda keyakinan. Saya hancur,
saya berantakan, pola makan dan tidur tidak teratur. Hampir setiap hari saya
menangis dan menangis. Tidur hanya beberapa jam dan makan sekedar masuk kedalam
perut. Saat saya seperti itu hanya ada ibu saya yang selalu setia menemani saya
dan memberikan saya semangat. Terlebih ibu saya dari awal tidak mendukung hubungan kami.
Tapi entah kenapa, apa yang membuat pikiran
saya terus memperjuangkan perasaan saya. Semua usaha saya lakukan sampai kami
bisa bersama kembali. Benar, hari demi hari kami lalui dengan indah.. tapi
pikiran takut saya selalu menghantui disetiap harinya.
Pada suatu ketika usia pacaran kami mencapai
angka 30 bulan, namun disini saya yang mengambil keputusan untuk meninggalkan dia
tepat beberapa hari sebelum UTS dimulai. Saya pikir saya mampu karena saya
merasa ada seseorang seiman yang memperjuangkan saya walaupun dia dulu adalah
teman kekasih saya, tapi ternyata saya salah. Semua tidak mudah. Seminggu
berlalu mata saya masih basah untuk setiap pagi dan malam, rasa sayang dan
takut selalu menghantui saya.
Takut ketika dia memiliki wanita baru sedangkan
saya masih berusaha keras menata puing-puing hati saya yang sedang hancur. Itu
semua tentu mungkin terjadi, karena saya tahu dia bukanlah orang yang susah
untuk dekat dan jatuh cinta pada wanita dan memang saat ini dia sudah berusaha
mendekati seorang wanita, entah apapun itu alasannya. Tapi ketika dia mengambil
komitmen pada satu wanita maka dia akan terus mempertahankannya. Ya.. saya
pernah dipertahankan mati-matian olehnya.
Saat ini saya terus berpikir, dan hal yang
tersulit bagi saya adalah bagaimana saya bisa mempertahankan perasaan saya
ketika saya melihat dia berpacaran dengan wanita lain sedangkan saya masih
begitu mencintainya? Bagaiman saya mampu menerima kenyataan bahwa semua
kebiasaan dan sikap manisnya tidak lagi diberikan untuk saya tetapi untuk
wanita lain? Sedangkan yang saya tau saat ini, saat saya pulang kuliah dia
tidak menunggu saya, tidak mengajak saya untuk menghabiskan waktu sesaat dan
tidak meminta saya untuk mengabarinya ketika sampai dirumah sudah cukup
menyakitkan hati saya. Mendahuluinya ketika dikampus atau melihatnya melalui
saya tanpa kebiasaan sebelumnya sungguh menyakitkan hati saya. Saya selalu menangis
sejadi-jadinya setiap keluar gerbang kampus dan sepanjang jalan ketika hal itu
terjadi. Disini bisa kalian bayangkan betapa besar cinta saya untuk dia. Namun
disini kepatuhan saya kepada ibu saya sedang diuji. Saya hanya ingin
mengabulkan permintaannya untuk menyudahi ini semua di usianya yang sebentar
lagi mencapai angka 50 tahun. Ya.. tentu saja ini tidak mudah. Disatu sisi saya
takut tidak sempat membahagiakan ibu saya di usianya yang semain tua tapi
disatu sisi saya ingin dia yang mendampingi saya sampai saya menutup mata. Sungguh
pilihan dan kondisi yang sangat sulit.
Sebenarnya setelah saya putuskan untuk
meninggalkan dia, saya bisa bangkit. Tapi setelah saya membaca pesan singkatnya
tengah malam tentang ketidak mampuannya berdiri tanpa saya, saya kembali luluh
dan jatuh. Disini saya kesal dan menyesal. Kenapa saya mau jatuh begitu saja
dan mempunyai pikiran untuk membantunya bangkit tapi setelah saya membantunya malah seakan dia tidak mempedulikan saya. Bahkan hanya untuk membalas pesan
rasa kekecewaan saya saja dia tidak mau. Itu menyakitkan. Memang awalnya saya
berdoa agar dia dimudahkan untuk bangkit dan mendapatkan pengganti sebelum
saya, sebagai salah satu cara saya menebus keputusan saya meninggalkannya. Mungkin untuk ini doa saya didengar. Tapi kenapa harus dengan keadaan
saya dan niat baik saya yang menghancurkan saya? Saya kesal, kecewa, marah dan
semua perasaan jadi satu.
Saat ini saya masih bisa menjalankan aktifitas
saya tidak seperti ketika dia meninggalkan saya diusia pacaran kami 8 bulan.
Namun saya takut ketika dia benar-benar memutuskan untuk memiliki wanita lain,
saya tidak tahu apa yang bisa saya perbuat jika itu terjadi. Apa yang akan
terjadi dengan saya, saya tidak bisa memastikan semua akan baik-baik saja.
Saya hanya bisa berdoa, agar semakin hari saya
semakin dikuatkan. Meskipun kami tidak akan bersama lagi, tapi saya berharap
saya sanggup melalui ini semua dengan baik meskipun itu tidak mudah. Saya
selalu meminta agar dikuatkan dan diberi keikhlasan kepada Tuhan saya, meskipun
saya sangat masih ingin memperjuangkan semuanya dan memilikinya untuk ketiga
kalinya.
Saya berharap tulisan saya ini mampu
memperingatkan siapapun yang hendak melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih
serius dari sekedar teman. Seberapa keraspun kalian berpikir “ah kan cuma
pacaran, ah kan belum tentu nikah, ah nanti kalau jodoh juga akan ada jalannya,
dan penyangkalan-penyangkalan yang lainnya” saya sarankan untuk PATAHKAN
PIKIRAN kalian itu semua dari sekarang !! sebelum kalian merasakan sakitnya
cinta beda agama seperti yang saya ceritakan diatas. Percayalah, semua ini
berawal karena pemikiran saya yang dulu sama dengan pemikiran kalian yang
sekarang. Jangan biarkan semua terlambat, jangan berikan peluang untuk sesuatu yang
berkemungkinan besar akan menyakiti kalian menguasai pikiran kalian. Meskipun
alasan saat ini atau pikiran kalian saat ini tidak mungkin untuk mencintai
mereka, tapi tetap saja kalian bukan Tuhan yang bisa mengontrol perasaan
kalian, kapan waktu untuk memulai jatuh cinta dan kapan waktu untuk berhenti
mencintai. Rasa sakit itu tidak akan berhenti sampai disini, itu semua akan
semakin berlanjut ketika pasangan kalian adalah tipe orang yang gampang move on
atau mencari pengganti. Percayalah dan yakinilah, mencegah lebih baik daripada
mengobati. Jika rasa sakit ini bisa diobati, berapapun bayarannya akan saya
lakukan.
Tapi tidak dipungkiri, memang jika kalian beruntung
kalian akan tetap bersama, tapi apakah hal itu peluangnya cukup besar untuk
kalian ? jadi.. tolong pikirkan baik-baik. Minta petunjuk sama Tuhan dan terus
berdoa. Dan apabila ada diantara kalian ada yang sedang menjalani hubungan
seperti ini, saya harap kalian bisa melaluinya dengan baik dan mendapatkan
jalan keluar. Tidak seperti saya. Semoga cerita saya diatas sedikit membantu
kalian dalam menyikapi masalah pacaran beda agama. Terimakasih.
Komentar
Posting Komentar